Hallo sahabatku, Dalam kasih tentunya kita mengenal dengan hal memeluk. Namun, kali ini beda dengan berpelukan seperti biasanya. Kita memeluk sahabat kita, saudara, ataupun orang tua dengan kasih. Kasih mengajarkan kita untuk berbagi kebahagiaan satu sama lain. Aku mengasihimu dengan segala yang aku punyai.Keajaiban yang aku ingin tunjukan adalah kisah seorang anak yang sekarang telah berhasil membuat kasih dalam keluarganya. Kisah ini aku tulis dari pengalaman seorang anak yang kini mendapat kebahagiaan itu. Inilah kisah itu:
Aku adalah seorang gadis yang lahir di keluarga yang sangat keras. Orang tuaku punya kepribadian yang sangat berbeda. Kami memang bukan orang kaya, namun segala kebutuhan kami terpenuhi semuanya. Ibuku seorang ibu rumah tangga biasa. Beliau sangat sensitive dengan segala sesuatu yang mampu menyentuh hatinya. Sehingga aku pun harus berhati hati saat berbicara padanya, takutnya aku menyinggung perasaannya.
Sedangkan ayahku sangatlah berbeda dari ayah teman-temanku. Ayah sering mabuk-mabukan tak jelas dan suka menghamburkan uangnya demi kesenangannya sendiri. Beliau sangat keras sekali mendidikku. Ayah ingin aku setangguh anak lelaki, dan beliau memberiku tekanan supaya aku tumbuh seperti lelaki. Kadang kalau aku membuatnya marah, ayah sering main tampar dan pukul ke arahku. Itu membuat ibu sangat semakin kesal dengan ayahku.
Aku memang tumbuh di keluarga yang bisa dibilang tidak harmonis. Ayah pemabuk dan ibuku selalu marah-marah dengan alasan sudah lelah dengan sifat ayahku. Disini aku anak satu-satunya mereka. Aku bingung sendiri melihat tingkah mereka yang seperti anak kecil.
Kami adalah keluarga kristiani. Namun, orang tuaku bisa dibilang tak beriman sama sekali.. Setiap hari minggu aku berangkat ke rumah ibadah sendirian. Aku berdoa sendirian. Kadang, dalam doaku, aku menangis, aku merindukan suasana hangat saat kami bertiga bisa berdoa bersama dan ke rumah ibadat bersama. Namun, aku menyerah, sudah berulang kali aku mengingatkan mereka untuk tetap ingat kepada Tuhan, malah aku di tertawakan. Mereka bilang, Tuhan itu tidak adil, hanya mampu memberi cobaan yang bertubi-tubi kepada umatnya. Tapi dalam hatiku, Tuhan itu adil, Tuhan punya rencana lain untuk menyentuh hati kedua orang tuaku.
Aku sedih sekali melihat suasana keluargaku setiap harinya seperti ini. Ibu yang mengeluh tentang kelakuan ayahku. Sedangkan ayahku sendiri tidak menyadari kesalahan yang dia lakukan. Gaduh sekali setiap hari rumahku, bukan karena kami bersendau gurau namun karena mereka bertengkar karena masalah sepele. Kadang, aku tidak tahu apa jalan pikiran kedua orang tuaku. Kalau mereka tidak saling mencintai kenapa Tuhan mempersatukan mereka sekarang ini dengan janji pernikahan sehidup semati, suka ataupun duka?? Ini membuat aku sedikit ragu akan Tuhan.
Sampai pada akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah. Disini, akulah yang menjadi korban atas keegoisan mereka. Mereka memberiku pilihan yang sangat berat bagiku “ikut dengan ayah” atau “ikut dengan ibuku”. Kalau ada pilihan lain, sebenarnya aku tidak ingin mereka berpisah. Aku ingin mereka tidak berpisah, aku ingin mereka membuka mata mereka, apa mereka tidak memandang aku sebagai harta yang Tuhan titipkan untuk mereka?
Karena masalah perpisahan ayah dan ibuku, aku mulai ragu akan Tuhan. Dimana Tuhan saat aku membutuhkanNYA? Saat janji pernikahan itu di katakanya “Apa yang dipersatukan oleh Tuhan, tidak dapat dipisahkan oleh manusia”, tapi mana janji Tuhan? Kedua orang tuaku akan segera berpisah, dan aku sendiri tidak tahu harus bagaimana. Aku benar-benar sudah tidak mampu berpikir secara jernih lagi. Aku hanya menyalahkan Tuhan.
Saat itu, hari minggu, aku seperti biasa ke rumah ibadat sendirian. Rasanya hancur hatiku, jiwaku seperti hilang begitu saja karena kedua orang tuaku akan berpisah. Pada saat ibadahpun, aku tak begitu mendengarkan firman Tuhan, rasanya untuk apa aku percaya Tuhan kalau disaat aku kesusahan, Tuhan tidak menolong aku. Saat akan pulang, aku bertemu dengan pastur di gereja itu. Dia menawariku untuk berbagi kasih(baca:susah atau senang) dengannya, karena melihatku tak seperti biasanya.
Aku duduk di teras depan gereja dengan pastur itu. Entah apa yang membuatku tersentuh, aku menangis dan menangis. Padahal aku belum menceritakan apa yang menjadi permasalahanku itu. Pastur itu hanya tersenyum kepadaku dan berkata “Sesungguhnya, sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana! Maka gunung ini akan pindah dan tak akan ada yang mustahil bagimu”. Setelah pastur itu berkata seperti itu, ia pergi.
Mendengar apa yang di katakannya, hatiku rasanya tersayat sakit sekali, selama ini aku ragu akan Tuhan. Aku ragu akan kebesaranNYA. Dan itu membuat aku semakin merasa berdosa. Aku kemudia bangkit, masuk kembali ke rumah ibadat itu dan bersujud dihadapan altar. Aku menangis, “Tuhan, andai ini yang KAU kehendaki, jadilah padaku menurut kehendakMU” hanya itu yang terlontar dimulutku saat itu.
Selama hari-hari menjelang perpisahan kedua orang tuaku, aku hanya mampu berpasrah kepadaNYA, aku tidak mampu bebuat apa-apa lagi. Dalam kesesakanku, aku berharap DIA member kelegaan untukku bernafas dan tersenyum .
Entah apa yang Tuhan perbuat untukku dan keluargaku. Sepulangnya aku kerumah dari sekolahku yang tak jauh dari rumah, saat membuka pintu, aku melihat kedua orang tuaku saling berpelukan, menangis dan memandang wajahku di salah satu foto keluarga kami. Mereka bilang mereka mencintaiku, mereka bilang mereka minta maaf melupakanku untuk waktu yang sangat lama karena ke-egoisan mereka, mereka bilang kalau mereka ingin tetap tinggal hanya karena aku, ya!! Aku!! Aku berlari menghampiri mereka dan memeluk mereka dengan erat. Aku tak ingin melepaskan pelukan ini lagi, hangat dan penuh anugerah Tuhan.
Sejak itu, ayah dan ibuku mulai aku ajak ke rumah ibadat untuk berdoa dan lebih mengenal Tuhan, supaya mereka tidak jauh dari sang penguasa kehidupan yang luar biasa keajaibanNYA.
Sahabatku, Rencana Tuhan untuk menyentuh hati umatNYA itu penuh dengan berbagai cara yang unik dan luar biasa. Tuhan memeluk umatNYA dengan kasih dan dengan caraNYA tersendiri. Tuhan tahu rencana manusia, Namun manusia tak akan pernah tahu apa rencana hebat Tuhan. J
No comments:
Post a Comment