Wanita tua itu tersenyum
Tangan mengadah meminta belas kasihan
Walaupun terkadang hinaan menghampirinya,
ia tak pernah berhenti untuk tersenyum.
Tubuhnya yang renta tak ia hiraukan,
Sepanjang orang berjalan di depannya, ia mengucapkan doa
Doa yang indah sekali.
Dimana keluarganya?
Kenapa ia sendirian.
Siapa yang mengurusnya?
Tak seharusnya ia disitu dimasa tuanya.
Tuhan, hati ini tergerak untuk mendekatinya,
Duduk disebelahnya tanpa rasa jijik,
Memandang wajah tuanya yang tetap tersenyum,
Dan merangkulnya dengan rasa haru.
Tuhan, kenapa kadang hidup ini keras dan tidak adil?
Kenapa wanita tua itu harus berjuang dengan cara seperti ini?
Mana anaknya?
Yang seharusnya menemaninya dimasa tuanya yang rentan itu,
Kaki ini sebenarnya tak ingin melangkah,
Rasa kasihan, rasa haru, marah dan sedih membuatku ingin tetap disitu,
Memang wanita itu bukan ibuku, bukan saudara nenekku, bukan keluargaku,
Tapi dia pantas mendapatkan pelukan, Tuhan.
Saat aku menaruh sesuatu di kaleng yang dia bawa,
Tangan ini digenggamnya,
Di ucapkannya doa-doa keselamatan dan kesuksesan,
Dan tangan ini dicium olehnya, bagaikan perilaku budak kepada tuannya.
Ini GILA!!!!! Sangat GILA!!
Belum pernah hatku merasa gelisah saat dia mencium tangan ini,
Aku tak pantas Nek, harusnya aku bukan Nenek
Terima kasih Nek atas doa-doa yang kau ucapkan,
Semoga Tuhan membalas doamu, dan mendengarkan harapanmu.
Berkali-kali kata terima kasih terlontar dari mulut wanita tua itu,
Langkah kakiku meninggalkan pengemis tua itu,
Dari jauh, wajahnya tak merasa muram,
Malah jauh lebih indah bila kupandang,
Dia tetap tersenyum.
Tuhan, aku memang orang berdosa,
Tapi aku punya permintaan untuk wanita itu,
Tuhan, biarpun ia hanya pengemis tua yang tak pernah dipandang siapapun,
Atau dipandang sebagai sampah jalanan,
Aku mohon padaMU,
Jadikan hidupnya berarti buatMU.
Karena saat aku melihatnya, aku jadi ingat wanita hebat dalam rumahku,
Aku tak akan meninggalkan ataupun menyiakan dia saat hari tuanya.
No comments:
Post a Comment