26 June 2011, dimana aku menjadi salah satu anggota paduan suara untuk Upacara Pernikahan. Disana, kami, group paduan suara, duduk menempati tempat duduk menurut vocal kami masing-masing. Aku duduk bersama ibu-ibu yang mempunyai suara alto. Percaya atau tidak, aku bersama adik sepupu dan organis adalah yang paling muda di paduan suara kami.
Hari itu, kami melakukan pemanasan sambil menunggu pengantin datang. Kami menyanyikan satu lagu pengiring yang nantinya akan mengiring pengantin beserta arak-arakannya memasuki altar bersama pastur yang sudah siap di depan pintu gereja.
Satu lagu telah selesai ami nyanyikan, ternyata pasangan pengantin itu sudah menunggu di luar pintu bersama dengan pastur yang siap memasuki ruangan gereja.
Cantik sekali pengantin wanita itu, berbusana adat jawa dengan kebaya yang penuh kilauan dari payet-payet membuat pengantin wanita itu sangat cantik sekali. Make up membuatnya semakin rupawan, bunga melati yang dirangkai melilit di rambutnya, yang membawa harum semerbak. Dan tak lupa akan pengantin pria yang begitu gagahnya berjalan mendampingi calon istrinya yang sebentar lagi akan resmi menjadi istrinya, miliknya sepenuhnya, hidup semati, senang ataupun sedih, kaya ataupun miskin. Pengantin pria dengan berbusanan beskap lengkap dengan kerisnya, membuat dia semakin gagah dan tampan.
Wajah yang penuh kebahagiaan terpancar dari mereka berdua yang akan segera membina keluarga baru dalam hidup mereka. Mereka berjalan menuju altar dengan didampingi orang tua dari kedua mempelai.
Lantunan lagu pengiring telah usai. Kedua mempelai saling duduk berdampingan didepan altar. Sedangkan Pastur berada di depan mereka untuk mengikatkan mereka dalam sebuah janji pernikahan yang akan mereka sampaikan nanti.
Pastur menghampiri kedua mempelai dan mulai prosesi pemberkatan janji pernikahan. Pastur mengatakan kepada kedua mempelai apakah mereka siap menerima pasangan masing-masing dalam suka maupun duka, dalam kaya maupun saat miskin, dalam sehat ataupun sakit, dan akan menjadi pasangan yang mampu mendidik keluarga baru yang akan mereka bentuk. Karena tantangan hidup mereka akan semakin diuji oleh Tuhan.
Kedua mempelai dengan kompak mengatakan bahwa mereka “siap” .
Akhirnya, pastur berkata “ yang disatukan oleh Tuhan tidak dapat diceraikan oleh manusia.”
Pemberkatan itu selesai, dan dilanjutkan dengan pemberkatan cicin mereka. Kami, melantunkan lagu “Cincin Cinta” untuk mengiringi pemberkatan dan melihat mereka mengikat jajni cinta mereka dengan sebuah symbol cincin pada jari manis mereka.
Romantic sekali, saat itu aku melamun, kapan aku akan duduk di depan altar dengan calon suamiku dan mengucapkan jani setia dalam pernikahan ya .. J kemudian, jari manisku akan diikat dengan cincin sebagai lambing cinta yang tak akan ada batasnya. Ciincin itu melingkar, dan tak berbatas seperti angka “0”
Apalagi saat aku menyaksikan sungkeman kepada orang tua mereka, so sweet sekali. Indah dan menhgarukan. Aku juga membayangkan, akan sungkem kepada kedua orang tuaku untuk minta doa restu akan membina hidup baru bersama keluarga baruku. Indah sekali rasanya membayangkan itu, sampai-sampai aku lipa untuk menyanyi.
Melihat pemberkatan pernikahan itu, rasanya aku ikut bahagia dan aku juga menginginkan suatu hari nanti setelah aku sukses dalam karirku, aku juga akan duduk di depan altar dan mengucapkan janji setia bersama calon suamiku J
No comments:
Post a Comment